This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Blogroll

28 September 2011

HAKIKAT MANUSIA (Lukmsn Hakim, S.psi, M.Si)

HAKIKAT MANUSIA
DAN
PERSOALAN PENDIDIKAN
A. Hakikat Manusia
Manusia pada hakikatnya diciptakan untuk mengemban tugas-tugas pengabdian kepada Penciptanya. Agar tugas-tugas dimaksud dapat dilaksanakan dengan baik, maka Sang Pencipta telah menganugerahkan manusia seperangkat potensi yang dapat ditumbuhkembangkan. Potensi yang siap pakai tersebut dianugerahkan dalam bentuk kemampuan dasar, yang hanya mungkin berkembang secara optimal melalui bimbingan dan arahan yang sejalan dengan petunjuk Sang Penciptanya.
Mengacu kepada prinsip penciptaan ini maka menurut filsafat pendidikan manusia adalah makhluk yang berpotensi dan memiliki peluang untuk dididik. Pendidikan itu sendiri, pada dasarnya adalah aktivitas sadar berupa bimbingan bagi penumbuh-kembangan potensi Ilahiyat, agar manusia dapat memerankan dirinya selaku pengabdi Allah secara tepat guna dalam kadar yang optimal. Dengan demikian pendidikan merupakan aktivitas yang bertahap, terprogram, dan berkesinambungan.
Banyak hal secara parsial yang bersangkutan dengan manusia sudah diketahui secara jelas dan pasti. Tapi secara utuh menyeluruh jauh lebih banyak persoalan yang belum dapat diketahui secara konkret, jelas dan pasti. Dengan perkataan lain, hal-hal yang fisis kuantitatif pada umumnya sudah jelas, tetapi hal-hal yang spiritual kualitatif masih tetap tertinggal sebagai ‘misteri’.
Manusia siapapun tahu bahwa melakukan perbuatan tertentu yang mengakibatkan banyak orang sakit dan menderita adalah merusak nilai kemanusiaan. Tetapi fakta menunjukkan bahwa perilaku negatif seperti itu selalu mewarnai kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti bahwa pengetahuan manusia belum terhubungkan secara kausalistik fungsional dengan realitas konkret perilaku sehari-hari.
Dari kesenjangan antara pengetahuan dan perilaku tersebut, munculah upaya untuk mempertemukannya, yaitu melalui ‘pendidikan’. Sepanjang eksistensinya, manusia senantiasa berusaha mendidik dirinya dengan mencari dan menemukan keselarasan antara pengetahuan dengan perilakunya, meski sampai hari ini belum sepenuhnya berhasil. Di dalam konteks pendidikan, manusia adalah makhluk yang selalu mencoba memerankan diri sebagai subyek dan objek. Sebagai subyek dia selalu berusaha mendidik dirinya (sebagai objek) untuk perbaikannya perilakunya.
Kehidupan cenderung terpusat pada kepentingan di mana manusia menjadi titik sentral. Dalam keadaan demikian, manusia memposisikan dan memerankan diri di atas segala-galanya dan karena itu memiliki kekuasaan untuk memanfaatkan potensi alam termasuk dirinya sendiri dan sesamanya. Di bawah kekuasaan manusia kehidupan ini berlangsung menjadi ‘antroposentrik’.
1. Manusia Makhluk Berpengatahuan
Berbeda dengan makhluk lainnya, manuia lahir dengan potensi kodratnya berupa cipta, rasa dan karsa. Dengan ketiga potensinya itu, manusia selalu terdorong untuk ingin tahu dan bahkan mendapatkan nilai- nilai kebenran keindahan dan kebaikan yang terkandung di dalam segala sesuatu yang ada (realitas ini). Ketiga jenis nilai tersebut selanjutnya dijadikan landasan dasar untuk mendirikan filsafat hidup, menentukan pedoman hidup, dan mengatur sikap dan perilaku hidup agar senantiasa tearah ke pencapaian tujuan hidup.
Filsafat hidup mengandung pengetahuan yang bernilai universal meliputi masalah-maslah tentang asal mula kehidupan, tujuan dan eksistensi  kehidupan. Ketiganya berhubungan menurut azas 'sebab-akibat' Pedoman hidup, adalah pengetahuan umum yang khusus dijadikan  suatu prinsip yang dianggap benar karena sesuai dengan hakikat asal muala  dan berguna bagi pencapaian tujuan kehidupan.
Sedangkansikap dan perilaku kehidupan adalah pengetahuan khusus konkret berupa setiap langkah kehidupan yang ditentukan sepenuhnya oleh pedoman hidup.
2. Manusia makhluk Berpendidikan
Sejak lahir seorang manusia sudah langsung terlibat di dalam kegiatan pendidikan dan pembelanjaran. Dia dirawat, dijaga, dilatih dan dididik oleh orang tuanya, keluarganya dan masyarakatnya menuju tingkat kedewasaan dan kematangan, sampai kemudian terbentuk potensi kemandirian dalam mengelola kelangsungan kehidupannya. Kegiatan pendidikan dan pembelanjaran itu diselenggarakan mulai dari cara-cara konvensional (alami) menurut pengalaman hidup, sampai pada cara-cara formal (pendidikan sekolah). Setelah taraf kedewasaan dicapai, manusia tetap melanjutkan kegiatan pendidikan dalam rangka pematangan diri. Pada pokoknya, persoalan pendidikan adalah persoalan yang lingkupannya seluas persoalan kehidupan manusia itu sendiri. Jadi, anatara manusia dan pendidikan terjalin hubungan kausalitas. Karena manuasia, maka pendidikan mutlak ada; dan karena pendidikan manusia semakin menjadi diri sendiri sebagai manusia yang manusiawi.
Manusia dan Pendidikan
Hubungan antara manusia dengan pendidikan diawali dari pertanyaan: "apakah manusia dapat dididik?. Ataukah manusia dapat bertumbuh dan berkembang sendiri menjadi dewasa tanpa perlu dididik?. Kedua pertanyaan itu sejak lama telah menjadi bahan kajian para ahli didik barat, ya~tu sejak zaman Yunani kuno. Pendapat yang umumnya dikenal
4
dalam pendidikan Barat mengenai mungkin tidaknya manusia dididik terangkum dalam tiga aliran filsafat pendidikan. Aliranaliran tersebut adalah nativisme, empirisme, dan kovergensi.
Menurut nativisme, manusia tidak perlu dididik, sebab perkembangan manusia sepenuhnya oleh bakat yang secara alami sudah ada pada dirinya. ditentukan
Sedangkan menurut penganut empirisme adalah sebaliknya. Perkembangan dan pertumbuhan manusia sepenuhnya ditentukan oleh lingkungannya. Dengan demikian aliran ini memandang pendidikan berperan penting dan sangat menentukan arah perkembangan manusia (Jalaluddin dan Ali Ahmad Zen, 1996:52).
Adapun aliran ketiga, yaitu konvergensi merupakan perpaduan an- tara kedua pendapat tersebut. Menurut mereka memang manusia memiliki kemampuan dalam dirinya (bakat/potensi), tetapi potensi itu hanya dapat berkembang jika ada pengarahan pembinaan serta bimbingan dari luar (lingkungan). Harus ada perpaduan antara faktor dasar (potensi dan bakat) dan ajar (bimbingan) . Perkembangan seorang manusia tidak hanya ditentukan oleh kemampuan potensi/ bakat yang dibawanya. Tanpa ada intervensi dari luar (lingkungan) bakat/ potensi seseorang tak mungkin berkembang dengan baik.
Lebih jauh Kohnstamm menambahnya dengan kemauan. Dengan demikian menurutnya, kemampuan seseorang akan berjalan dengan baik dan dapat dikembangkan secara maksimal, apabila ada perpaduan antara faktor dasar (potensi), faktor ajar (bimbingan) serta kesadaran dari individu itu sendiri untuk mengembangkan dirinya. Jadi disamping faktor potensi bawaan dan bimbingan dari lingkungan, untuk mengembangkan diri, seseorang perlu didorong oleh motivasi intrinsik (dorongan dari dalam dirinya).
Ketiga aliran filsafat pendidikan Barat ini menampilkan dua pandangan yang berbeda tentang hubungan manusia dan pendidikan.Pertama berpandangan pesimis (nativisme), sedangkan alirank e d u a memiliki pandangan yang optimis (empirisme dan konvergensi). Tetapi tampaknya dalam perkembangan berikutnya pandangan yang kedua (optimisme) lebih dominan. Manusia memang hampir tak mungkin dapat berkembang secara maksimal tanpa intervensi pihak luar, dan oleh sebab itu manusia memerlukan pendidikan.
3. Manusia Makhluk Berkebudayaan
Dengan kegiatan pendidikan dan pembelajaran terus-menerus, menghasilkan ilmu pengetahuan yang sarat dengan nilai kebenaran baik yang universal abstrak, teoritis maupun yang praktis. Nilai kebenaran ini selanjutnya mendorong terbentuknya sikap perilaku arif dan berkeadilan yang dapat membangun kebudayaan dan peradaban manusia.
Seseorang disebut berkebudayaan jika senantiasa berkemampuan untuk melakukan pembatasan diri dan menjalani kehidupannya menurut 'azas kecukupan' (basic needs) bukan menurut keinginan.
B. Filosofi Kehidupan
Realitas kehidupan ini sarat persoalan yang berjenis, berbentuk dan bersifat heterogen. Tetapi secara filosofis persoalan tersebut dapat disederhanakan menjadi tiga titik saja. Pertama, titik 'asal mula' yang diatandai dengan peristiwa 'Kelahiran'. Kedua, titik 'tujuan' yang ditandai degan peristiwa 'kematian'. Ketiga, titik 'eksistensi' berupa garis lurus perjalanan kehidupan manusia, yang menghubungkan antara kedua titik terdahulu.
Secara filosofis, titik asal mula dan tujuan adalah dua identik berada di dunia 'metafisis'. Karena sifat fisisnya, maka dunia eksistensi ini sering diposisiskan secara saling bertentangan dengan dunia metafisis. Dari kedua dunia
tersebut, jika direnungi dan kemudian dinilai, maka dunia fisis eksistensi ini adalah merupakan sumber atau akar dari segala macam persoalan kehidupan. Oleh sebab itu, agar segala macam persoalan itu bukan memisahkan tetapi justru mempersatukan, maka :
a. Secara filosofis perlu dirumuskan arti hakikat asal mula dan tujuan kehidupan
dan
b.Dalam kegiatan pendidikan, hakikat asal mula dan tujuan kehidupan itu perlu
ditanamkannnya dalam perilaku kehidupan, agar segala macam persoalan itu dapat dikoordinasikan secara fungsional untuk kemudian dikembangkan secara pragmatik telleologis menurut hakikat asal mula dan tujuan tersebut.
C. Problematika Pendidikan Dalam Kehidupan
Selama setengah abad lebih, sejak perang kemerdekaan, terjadi perubahan-perubahan situasi politik, hankam, dan ekonomi mendominasi program nasional. Pembangunan sosial budaya dan pendidikan belum pernah diutamakan. Padahal kita sadari bahwa manusia berposisi sentral sebagai ujung tombak pembangunan. Pendidikan adalah jalan utama untuk mencapai sebuah pembangunan. Pendidikan adalah sesuatu yang mutlak bagi sebuah pembangunan, termasuk pembangunan manusianya. Karena hanya dengan jalan itu, warga masyarakat dapat menjaga unsur-unsur yang aktif dalam membangun masyarakat baru yang lebih baik.
Pendidikan adalah investasi utama dalam pembangunan. Pendidikan bertugas membentuk manusia-manusia yang ingin, sanggup dan mampu membagun masyarakat yang di cita-citakan. Pendidikan adalah mendidik dan menerampilkan manusia pembagunan itu sendiri. Kemajuan pembangunan jepang dan jerman sesudah perang dunia II (setelah mereka kalah dan hancur) menunjukkan bahwa faktor manusialah yang terpenting. Tantangan bagi bangsa berkembang umumnya seperti kita di Afrika dan Asia, bukan sekedar mengejar ketinggalan dalam pembagunan, juga untuk menemukan jalan yang bardaya guna
untuk membangun kemanusiaan serta kemasyarakatan baru. Bukan sekedar maju ilmu dan teknologi/industri yang terpenting juga adalah tinggi mentalitas atau moralitasnya serta manfaat dalam sikap hidup.
Pembangunan yang dikehendaki bukanlah sekedar dalam arti yang di pertunjukan oleh berbagai negeri "maju" yang telah menimbulkan berbagai krisis multidimensi dewasa ini. Juga bukan dalam arti yang di pertunjukan berbagai negara berkembang yang mendahulukan pembangunan ekonomi dan menunda sosial kultural, yang mengakibatkan pula terjadinya krisis demi krisis berupa kepincangan-kepincangan sosial,menyempitnya ruang gerak dan merosotnya tingkat hidup rakyat banyak. .Juga, sambil menghasilkan kemewahan untuk segelintir masyarakat elite dan sebagainya. Dua-duanya bukan membawa rasa kemajuan dan kebahagiaan, justru rasa kemerosotan kualitas hidup.
Sebenarnya pendidikan memiliki dua unsur; pembangunan manusianya (character building), serta pembangunan kecerdasan /ketrampilan, penguasaan ilmu dan teknologi. Yang pertama, untuk memproduksi manusia berakhlak, yang mampu menjawab tantangan kemanusiaan dari zaman ini. Yang kedua, untuk membangun manusia yang berilmu dan berkepandaian yang mampu menjawab tantangan-tantangan dalam hal kebutuhan-kebutuhan material dan teknologi dari perkembangan masyarakat.
Pendidikan adalah proses penyesuian diri secara timbal balik antara manusia dengan alam, dengan sesama manusia atau juga pengembangan dan penyempurnaan secara teratur dari semua potensi moral, intelektual, dan jasmaniah manusia oleh dan untuk kepentingan pribadi dirinya dan masyarakat yang ditujukan untuk kepentingan tersebut dalam hubungannya dengan Sang Pencipta sebagai tujuan akhir. Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa, “Pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh si pendidik terhadap si terdidik dalam hal perkembangan jasmani dan rohani menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
8
Dalam tujuan Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan ditujukan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas yang dideskripsikan dengan jelas dalam UU No. 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani, berjiwa patriotik, cinta tanah air, mempunyai semangat kebangsaan, kesetiakawanan sosial, kesadaran pada sejarah bangsa, menghargai jasa pahlawan, dan berorientasi pada masa depan.
Pendidikan tidak hanya untuk kepentingan individu atau pribadi, tetapi juga untuk kepentingan masyarakat. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 29 Tahun 1990. Selain pendidikan dipusatkan untuk membina kepribadian manusia, pendidikan juga diperuntukkan guna pembinaan masyarakat.
Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya serta keterampilannya kepada generasi muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama dengan sebaik-baiknya.

KEPRIBADIAN GANDA ( Siti Muyasaroh, S.Sos)

KARYA ILMIAH
KEPRIBADIAN GANDA
Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Bimbingan Menulis

logo yudharta

Dosen pembimbing :
Siti Muyasaroh, S. Sos

Disusun oleh :
Abdulloh Sabiq Khozin
NIM : 2010.69.11.0004

FAKULTAS PSIKOLOGI
JURUSAN ILMU PSIKOLOGI
UNIVERSITAS YUDHARTA PASURUAN
2011

KEPRIBADIAN GANDA
Akhir-akhir ini sering kita temukan peristiwa-peristiwa na’as seperti perampokan, pencurian, pembunuhan, pemerkosaan, dan sebagainya. Kasus-kasus seperti ini tentunya sudah tidak asing lagi dalam kehidupan kita sehari-hari. Apalagi jika kita menonton televisi, membaca koran, ataupun media  lainnya, tentulah kasus-kasus seperti itu tidak akan terlewatkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pihak kepolisian pun tidak henti-hentinya dan tanpa jenuh memberantas dan mengamankan kasus-kasus seperti itu. Tetapi masih ada saja yang lolos atau tetap berbuat jahat. Kasus-kasus seperti pembunuhan, pemerkosaan, peredaran narkoba, kenakalan remaja dan sebagainya, tentunya tidak lepas dari beberapa faktor, seperti orang mencuri dikarenakan dempetan ekonomi yang berkepanjangan, orang menggunakan narkoba dikarenakan ketercanduan yang tidak dapat dielakkan, remaja yang nakal dikarenakan kurangnya kasih sayang dari orang tua dan lingkungan sekitar, dan orang yang membunuh juga dapat dikarenakan rasa dendam, marah pada sesorang, sakit hati dan lain-lain.
Sampai saat ini kasus-kasus di kabupaten Pasuruan terhitung sejak 2010 mengalami kenaikan hingga 6,46 %. Kapolres Pasuruan AKBP Syahardiantono mengatakan, total kasus kriminal yang terjadi pada tahun 2010 di Kabupaten Pasuruan sebanyak 1197. Dari jumlah kejadian kriminal sebanyak itu, yang berhasil diungkap oleh Polres Pasuruan sebanyak 871 kejadian. (http://www.pasuruan.info/article-3439-tahun-2010-angka-kriminalitas-di-pasuruan-meningkat.html)
Sebenarnya hal itu semua tidak lepas dari peran orang tua atau keluarga dan lingkungan sekitar yang membentuk kepribadian tiap individu dalam berperilaku bermasyarakat dan bernegara. Karena ada tetuah mengatakan “kebaikan orang dapat dilihat dari kepribadiannya, jika kepribadiannya baik, maka baik pula perilakunya dan begitu pula sebaliknya”.
Banyak para ahli yang mendefinisikan kepribadian. Salah satu yang paling penting menurut Gordon W.Allport. kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psiko-fisik indvidu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran indvidu secara khas. Terjadinya Interaksi psiko-fisik mengarahkan tingkah laku manusia. Maksud dinamis pada pengertian tersebut adalah perilaku mungkin saja berubah-ubah melalui proses pembelajaran atau melalui pengalaman-pengalaman, reward, punishment, pendidikan dan sebagainya.
            Jadi, dapat disimpulkan jikalau orang yang berkelakuan buruk atau tidak baik, maka kepribadiannya tidak baik pula. Oleh karena kepribadian adalah sesuatu yang khas pada tiap individu, faktor pembentuk kepribadianpun bermacam-macam, yang paling dominan adalah dari peran orang tua atau keluarga. Jika anak sudah dididik dan diberi kasih sayang sejak dalam kandungan, maka kelak jika anak dewasa dia akan menjadi pribadi yang tangguh, cerdas, penuh kasih sayang dan perhatian terhadap dirinya sendiri serta orang-orang maupun lingkungan sekitarnya. Begitu pula sebaliknya, jika anak sejak dalam kandungan tidak dididik dan tidak diberi kasih sayang, maka kelak jika anak sudah dewasa dia akan menjadi anak yang berkepribadian buruk atau tidak baik, tidak peduli lingkugan sekitar, acuh tak acuh, sering berbuat onar dan sebagainya.
Namun, dalam kasus belakangan ini ada sesuatu yang lebih unik tentang kepribadian, yaitu pemecahan kepribadian atau yang lebih kita kenal dengan kepribadian ganda.
Pemecahan kepribadian atau lebih dikenal dengan nama alter ego, dan sering juga disebut kepribadian ganda, merupakan suatu keadaan di mana kepribadian individu terpecah sehingga muncul kepribadian yang lain. Kepribadian itu biasanya merupakan ekspresi dari kepribadian utama yang muncul karena pribadi utama tidak dapat mewujudkan hal yang ingin dilakukannya. Dalam bahasa yang lebih sederhana dapat dikatakan bahwa ada satu orang yang memiliki pribadi lebih dari satu atau memiliki dua pribadi sekaligus. Kadang si penderita tidak tahu bahwa ia memiliki kepribadian ganda, dua pribadi yang ada dalam satu tubuh ini juga tidak saling mengenal dan lebih parah lagi kadang-kadang dua pribadi ini saling bertolak belakang sifatnya (baik dan buruk).
            Mungkin tidak ada orang yang benar-benar bisa memahami masalah kepribadian ganda. Sebelum abad ke-20, gejala psikologi ini selalu dikaitkan dengan kerasukan setan. Namun, para psikolog abad ke-20 yang menolak kaitan itu menyebut fenomena ini dengan sebutan Multiple Personality Disorder (MPD). Berikutnya, ketika nama itu dirasa tidak lagi sesuai, gejala ini diberi nama baru, Dissociative Identity Disorder (DID). DID atau kepribadian ganda dapat didefinisikan sebagai kelainan mental dimana seseorang yang mengidapnya akan menunjukkan adanya dua atau lebih kepribadian (alter) yang masing-masing memiliki nama dan karakter yang berbeda. Mereka yang memiliki kelainan ini sebenarnya hanya memiliki satu kepribadian, namun si penderita akan merasa kalau ia memiliki banyak identitas yang memiliki cara berpikir, temperamen, tata bahasa, ingatan dan interaksi terhadap lingkungan yang berbeda-beda. Walaupun penyebabnya tidak bisa dipastikan, namun rata-rata para psikolog sepakat kalau penyebab kelainan ini pada umumnya adalah karena trauma masa kecil. (http://terselubung.blogspot.com/2011/04/memahami-fenomena-kepribadian-ganda.html)
            Proses terbentuknya kepribadian yaitu dengan disosiasi , dengan menggunakan cara ini, seseorang anak dapat membuat pikiran sadarnya terlepas dari pengalaman mengerikan yang menimpanya (trauma). Misalnya pada Anak perempuan yang berulang-ulang mengalami penganiayaan seksual akan berusaha menyangkal pengalaman ini di dalam pikirannya supaya bisa terbebas dari rasa sakit yang luar biasa. Ia bisa mengalami "out of body experience" yang membuat ia "terlepas" dari tubuhnya dan dari pengalaman traumatis yang sedang berlangsung. Ia mungkin bisa merasakan rohnya melayang hingga ke langit-langit dan membayangkan dirinya sedang melihat kepada anak perempuan lain yang sedang mengalami pelecehan seksual. Dengan kata lain, identitas baru yang berbeda telah muncul. Kemudian Sebuah penghalang memori dibangun antara anak perempuan itu dengan identitas baru yang telah diciptakan. Sekarang, sebuah kesadaran baru telah terbentuk. Pelecehan seksual tersebut tidak pernah terjadi padanya dan ia tidak bisa mengingat apapun mengenainya. Apabila pelecehan seksual terus berlanjut, maka proses ini akan terus berulang sehingga ia akan kembali menciptakan banyak identitas baru untuk mengatasinya. Ketika kebiasaan disosiasi ini telah mendarah daging, sang anak juga akan menciptakan identitas baru untuk hal-hal yang tidak berhubungan dengan pengalaman traumatis seperti pergi ke sekolah atau bermain bersama teman.
            Jadi dapat disimpulkan bahwasannya orang yang berkepribadian ganda setelah melakukan kejahatan dia tidak akan mengakui perbuatannya, dalam artian dia memang benar-benar tidak tahu atas perbuatan yang telah dilakukannya. Karena kepriadian ganda di satu sisi bisa menjadi sangat baik, dan di lain sisi bisa menjadi orang yang amat jahat.
Kasus-kasus mengenai kepribadian ganda juga banyak dijumpai diberbagai belahan dunia, Salah satu kasus paling terkenal dalam hal kepribadian ganda adalah kasus yang dialami oleh Shirley Ardell Mason. Untuk menyembunyikan identitasnya, Cornelia Wilbur, sang psikolog yang menanganinya dan menulis buku mengenainya, menggunakan nama samaran Sybil Isabel Dorsett untuk menyebut Shirley. Dalam sesi terapi yang dilakukan oleh Cornelia, terungkap kalau Sybil memiliki 16 kepribadian yang berbeda, diantaranya adalah Clara, Helen, Marcia, Vanessa, Ruthi, Mike (Pria), Sid (Pria) dan lain-lain. Menurut Cornelia, 16 identitas yang muncul pada diri Sybil berasal dari trauma masa kecil akibat sering mengalami penyiksaan oleh ibunya. Kisah Sybil menjadi terkenal karena pada masa itu kelainan ini masih belum dipahami sepenuhnya. Bukunya menjadi best seller pada tahun 1973 dan sebuah film dibuat mengenainya.
Kasus yang serupa dialami oleh William Stanley Milligan atau Billy Milligan Dia adalah orang pertama dalam sejarah Amerika yang dianggap tidak bersalah atas berbagai tindak kejahatan serius dengan alasan tidak sehat (gila). Billy Milligan menderita kepribadian ganda sehingga dia memiliki 24 kepribadian yang berbeda satu dengan yang lain. Billy Milligan pertama kali memunculkan alter egonya pada saat ia berusia 3 tahun, yang bernama christine, seorang gadis kecil yang menderita disleksia. Beberapa alter egonya ternyata  menyelamatkan nyawanya, pada saat Billy memasuki usia 16 tahun, ia mencoba bunuh diri, tetapi alter ego yang bernama Ragen (rage again) menghentikan tubuhnya, serta menghindarkan Billy dari percobaan bunuh dirinya. Jumlah alter ego Billy ada 24, 10 dari mereka adalah "mereka yang diinginkan", dan sisanya adalah "yang tidak diinginkan", fusi dari semua alter ego tersebut akan memunculkan satu kepribadian, yaitu disebut sebagai sang guru. Kisahnya diangkat dalam sebuah novel yang berjudul  "24 Wajah Billy". Esensi dari buku ini adalah tentang bagaimana Billy Milligan bisa memiliki alter ego, semua itu dia munculkan karena pelecehan seksual oleh ayah tirinya, serta perjuangan seorang William Stanley Milligan untuk bisa meraih kebebasannya, salah satu alter ego dari Billy merupakan seorang wanita yang memilki penyimpangan seksual, adalana yang memperkosa 3 gadis muda dari 3 tempat yang berbeda. Kisah hidup Billy juga telah diadaptasi ke dalam layar lebar. (http://xnews-hawkson-blogmisteri.blogspot.com/2010/06/multiple-personality-disorder.html)
Kasus kepribadian ganda tidak hanya terjadi di benua Eropa, tetapi kasus seperti ini juga telah terjadi di Indonesia. Very Idham Henyansyah, atau dikenal dengan panggilan Ryan (lahir di Jombang, 1 Februari 1978; umur 32 tahun) adalah seorang tersangka pembunuhan berantai di Jakarta dan Jombang. Kasusnya mulai terungkap setelah penemuan mayat termutilasi di Jakarta. Setelah pemeriksaan lebih lanjut, terungkap pula bahwa Ryan telah melakukan beberapa pembunuhan lainnya dan dia mengubur para korban di halaman belakang rumahnya di Jombang. Ryan adalah bungsu dari dua bersaudara. Kakaknya Mulyo Wasis (44) adalah saudara satu ibu namun lain ayah. Sejak kecil Ryan lebih sering berpisah dengan kedua orang tuanya dan tinggal di pesantren. Ayah Ryan, Ahmad Maskur, pensiunan satpam sebuah pabrik gula dan Kasiatun, istrinya, lebih suka tinggal di rumah Mulyo Wasis. Perilaku Ryan banyak berubah ketika ia duduk di bangku SMP. Dia lebih banyak menekuni kegiatan perempuan seperti menari dan berdandan. Di sekolah Ryan dikenal lebih dekat dan lebih banyak berteman dengan perempuan, dia juga banyak terlibat kegiatan kesenian, terutama menari. Namun demikian Ryan dikenal cerdas, cekatan, dan pandai bergaul.
Tapi na’as, dia sekarang menjadi pembunuh yang kejam atau lebih dikenal di masyarakat sebagai tukang jagal nyawa (pencabut nyawa). (http://xnews-hawkson-blogmisteri.blogspot.com/2010/06/multiple-personality-disorder.html)
Dalam kepribadian seseorang, tentulah sangat sulit jika kita memprediksi mana orang yang berkepribadian ganda, maka untuk antisipasi atau waspada tentulah kita harus mengetahui bagaimana ciri-ciri orang tersebut (orang yang berkepribadian ganda).
Ciri-ciri pengidap kepribadian ganda adalah pada identitas yang menyertai perubahan penampilan atau emosi tersebut. Misalkan orang yang suka mengubah penampilan atau sering mengalami perubahan emosi. Untuk mengerti lebih dalam bagaimana cara membedakannya, ada 4 ciri yang dapat dilihat, jika di dalam diri seseorang terdapat 4 ciri ini, maka bisa dipastikan kalau ia mengidap kepribadian ganda. Yang pertama ia harus ada dua atau lebih identitas atau kesadaran yang berbeda di dalam dirinya. Yang kedua kepribadian-kepribadian ini secara berulang mengambil alih perilaku orang tersebut (Switching). Yang ketiga ada ketidak mampuan untuk mengingat informasi penting yang berkenaan dengan dirinya yang terlalu luar biasa untuk dianggap hanya sebagai lupa biasa. Dan yang terkhir gangguan-gangguan yang terjadi ini tidak terjadi karena efek psikologis dari substansi seperti alkohol atau obat-obatan atau karena kondisi medis seperti demam dan sebagainya. Dari ke empat poin ini, poin nomor tiga yang memegang peranan sangat penting.
Dan 98 % mereka yang mengidap kepribadian ganda mengalami amnesia ketika sebuah identitas muncul (switching). Ketika kepribadian utama berhasil mengambil alih kembali, ia tidak bisa mengingat apa yang telah terjadi ketika identitas sebelumnya berkuasa. Walaupun sebagian besar psikolog telah mengakui adanya kelainan kepribadian ganda ini, namun sebagian lainnya menolak mengakui keberadaannya. Mereka mengajukan argumennya berdasarkan pada kasus Sybill yang ternama.
            Dengan mengetahui ciri-ciri tersebut, minimal kita dapat waspada pada setiap kegiatan orang yang berkepribadian ganda, karena orang tersebut dapat juga membahayakan (karena salah satu kepribadiannya yang jahat) bagi dirinya sendiri maupun lingkungan sekitar. Lebih-lebih kita dapat menyembukannya dengan cara membawa ke psikolog ataupun psikiater.

Dan Tidaklah Aku Menciptakan Jin dan Manusia Kecuali untuk Beribadah Kepada-Ku Adz Dzariyat : 56

Dan Tidaklah Aku Menciptakan Jin dan Manusia Kecuali untuk Beribadah Kepada-Ku (Adz Dzariyat : 56)




DAFTAR PUSTAKA
10.  QS. Adz Dzariyat : 56